Kebutuhan unsur gizi tertentu pada
lansia mengalami peningkatan, hal ini disebabkan oleh terjadinya proses
degradasi (perusakan) yang berlangsung sangat cepat. Misalnya sebagian besar
lansia wanita membutuhkan asupan mineral kalsium sedikit lebih tinggi.
Tujuannya untuk memperlambat proses kerusakan tulang. Di lain pihak, kebutuhan
kalori justru mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya usia. Penurunan
ini berhubungan dengan rendahnya aktivitas fisik dan metabolisme basal tubuh
(Metabolisme : proses kimiawi dalam tubuh untuk melaksanakan berbagai fungsi
pentingnya). Sehingga jika bertambahnya usia tidak diimbangi dengan penurunan
asupan kalori maka terjadinya obesitas atau kegemukan, kemungkinan besar tidak
dapat dihindari. Secara prinsip kebutuhan gizi setiap individu berbeda-beda.
Hal ini tergantung pada kondisi kesehatan, berat badan aktual, dan tinggi
rendahnya tingkat aktivitas fisik seseorang. Di samping itu, angka kecukupan
gizi untuk pria dan wanita sedikit berbeda karena adanya perbedaan dalam ukuran
dan komposisi tubuh.
Cara mengatur makanan bagi lansia adalah :
1. Dengan memperhatikan
prinsip-prinsip kebutuhan gizinya yaitu kebutuhan energi memang lebih rendah
dari pada usia dewasa muda (turun sekitar 5-10%), kebutuhan protein sebesar 1
gr/kg BB, kebutuhan lemak berkurang, kebutuhan karbohidrat cukup (sekitar 50%),
kebutuhan vitamin dan mineral sama dengan usia dewasa muda. Atau dengan cara
praktis melihat di DKGA (Daftar Kecukupan Gizi yang Dianjurkan)
2. Menu yang disajikan
untuk lansia harus mengandung gizi yang seimbang yakni mengandung sumber zat
energi, sumber zat pembangun dan sumber zat pengatur. Dalam hal ini kita bisa
mengacu pada makanan empat sehat lima sempurna.
3. Karena lansia
mengalami kemunduran dan keterbatasan maka konsistensi dan tekstur atau bentuk
makanan harus disesuaikan. Sebagai contoh : gangguan pada gigi (gigi
tanggal/ompong), maka bentuk makanannya harus lunak, misal nasi ditim, lauk
pauk dicincang (ayam disuwir, daging sapi dicincang/digiling)
4. Makanan yang kurang
baik bagi lansia adalah makanan berlemak tinggi seperti seperti jerohan
(usus, hati, ampela, otal dll), lemak hewan, kulit hewan (misal kulit ayam,
kulit sapi, kulit babi dll), goreng-gorengan, santan kental. Karena seperti
prinsip yang disebutkan tadi bahwa kebutuhan lemak lansia berkurang dan pada
lansia mengalami perubahan proporsi jaringan lemak. Hal ini bukan berarti
lansia tidak boleh mengkonsumsi lemak. Lansia harus mengkonsumsi lemak namun
dengan catatan sesuai dengan kebutuhannya. Sebagai contoh misalnya bila menu
hari ini lauknya sudah digoreng, maka sayurannya lebih baik sayur yang tidak
bersantan seperti sayur bening, sayur asam atau tumis. Bila hari ini sayurnya
bersantan maka lauknya dipanggang, dikukus, dibakar atau ditim.
5. Lansia harus diberi
pengertian untuk mengurangi atau kalau bisa menghindari makanan yang mengandung
garam natrium yang tinggi. Contoh bahan makanan yang mengandung garam natrium
yang tinggi adalah garam dapur, vetsin, daging kambing, jerohan, atau makanan yang
banyak mengandung garam dapur misalnya ikan asin, telur asin, ikan pindang.
Mengapa lansia harus menghindari makanan yang mengandung garam natrium yang
tinggi ? Hal ini dikarenakan pada lansia mudah mengalami hipertensi. Hal ini,
seperti yang dijelaskan tadi bahwa elastisitas pembuluh darah telah menurun dan
terjadi penebalan di dinding pembuluh darah yang mengakibatkan mudahnya terkena
hipertensi. Selain itu indera pengecapan pada lansia mulai berkurang, terutama
untuk rasa asin, sehingga rasa asin yang cukup-pun terasa masih kurang bagi
mereka, lalu makanan ditambah garam yang banyak, hal ini akan meningkatkan
tekanan darah pada lansia. Jadi kita memang perlu sampaikan kepada lansia
bahwa panduan rasa asinnya tidak bisa lagi dipakai sebagai ukuran, karena bila
dengan panduan asin dari lansia, untuk kita yang belum lansia akan terasa asin
sekali.
6. Lansia harus
memperbanyak makan buah dan sayuran, karena sayur dan buah banyak mengandung
vitamin, mineral dan serat. Lansia sering mengeluhkan tentang konstipasi/susah
buang air besar, nah dengan mengkonsumsi sayur dan buah yang kaya akan serat
maka akan melancarkan buang air besar. Untuk buah, utamakan buah yang bisa
dimakan dengan kulitnya karena seratnya lebih banyak. Dengan mengkonsumsi
sayuran dan buah sebenarnya lansia tidak perlu lagi mengkonsumsi suplemen
makanan.
7. Selain konsumsi sayur
dan buah, Lansia harus banyak minun air putih. Kebutuhan air yakni 1500 – 2000
ml atau 6 -8 gelas perhari. Air ini sangat besar artinya karena air menjalankan
fungsi tubuh, mencegah timbulnya penyakit di saluran kemih seperti kencing
batu, batu ginjal dan lain-lain. Air juga sebagi pelumas bagi fungsi tulang dan
engselnya, jadi bila tubuh kekurangan cairan maka fungsi, daya tahan dan
kelenturan tulang juga berkurang. Air juga berguna untuk mencegah sembelit,
karena untuk penyerapan makanan dalam usus memerlukan air.
Faktor-faktor yang terkait dengan kebutuhan
gizi lansia yaitu :
1. Aktivitas Fisik
Pada umumnya, para lansia akan mengalami
penurunan aktivitas fisik. Salah satu faktor penyebabnya adalah pertambahan
usia yang dapat menyebabkan terjadinya kemunduran biologis. Kondisi ini
setidaknya akan membatasi aktivitas yang menuntut ketangkasan fisik. Penurunan
aktivitas fisik pada lansia harus diimbangi dengan penurunan asupan kalori, hal
tersebut dilakukan untuk mencegah timbulnya penyakit degeneratif.
2. Kemunduran Biologis
Seperti yang sudah diuraikan tadi bahwa
memasuki usia senja, sesorang akan mengalami beberapa perubahan, baik secara
fisik maupun biologis, misalnya tanggalnya gigi, kulit keriput, penglihatan
berkurang, keropos tulang, rambut beruban, pikun, depresi, sensitivitas indera
berkurang, metabolisme basal tubuh berkurang, dan kurang lancarnya proses
pencernaan. Oleh karena itu asupan gizi untuk lansia harus disesuaikan dengan
perubahan kemampuan organ-organ tubuh lansia sehingga dapat mencapai kecukupan
gizi lansia yang optimal.
3. Pengobatan
Bertambahnya usia identik dengan
ketergantungan obat. Pada dasarnya, pengobatan dapat memperbaiki kondisi
kesehatan dan meningkatkan kualitas hidup, tetapi di lain pihak pengobatan pun
dapat mempengaruhi asupan kebutuhan gizi lansia, efek ini timbul karena
obat-obatan tertentu dapat mempengaruhi proses penyerapan zat gizi. Oleh karena
itu bagi lansia yang harus menggunakan beberapa jenis obat dianjurkan untuk
selalu mengkonsultasikan kepada dokter mengenai kemungkinan terjadinya efek
samping obat yang sedang dan akan digunakan selain itu pasien juga dianjurkan
untuk meminta saran dari dokter atau ahli gizi tentang pilihan makanan yang
sebaiknya dikonsumsi.
4. Depresi dan Kondisi
Mental
Depresi hampir dialami 12 – 14% populasi
lansia. Perubahan lingkungan sosial, kondisi yang terisolasi, kesepian, dan
berkurangnya aktivitas menjadikan para lansia mengalami rasa frustasi dan kurang
bersemangat. Akibatnya, selera makan terganggu sehingga secara tidak langsung
dapat memicu terjadinya status gizi buruk.
5. Penyakit
Meningkatnya usia menyebabkan seseorang
menjadi rentan terserang penyakit. Penyakit-penyakit tertentu sering
menyebabkan keadaan gizi buruk misalnya penderita diabetes mellitus umumnya
mempunyai berat badan dibawah normal, hal tersebut disebabkan karena karena
defisiensi insulin kondisi ini akan menyebabkan sedikitnya glukosa yang dapat
diserap tubuh untuk diubah menjadi glukogen (energi), dengan demikian untuk
memenuhi kebutuhan energi, tubuh akan merombak lemak (lipolisis) dan protein
(proteolisis) untuk dijadikan sumber energi. Jika kondisi ini terjadi secara
terus menerus akan menyebabkan cadangan lemak dan protein di dalam tubuh
berkurang. Akibatnya berat badan akan menurun.
0 komentar:
Posting Komentar